Minggu, 16 Maret 2008

Senin, 10 Maret 2008

KAPAL TONGKANG TABRAK KAPAL TANKER


KAPAL TONGKANG TABRAK KAPAL TANKER
Penyebab Kecelakaan Masih Diselidiki

BANYUWANGI (SINDO) - Aparat Kesatuan Petugas Pengamanan Pelabuhan (KPPP) dan Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Tanjung Wangi hingga kemarin masih menyelidiki penyebab kecelakaan kapal tongkang Bosowa 12 milik PT Semen Bosowa yang ditarik tug boat Delta Ayu V yang menabrak kapal tanker MT Mundu milik Pertamina di perairan Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Tanjung Wangi Minggu malam (9/3). Kecelakaan ini menyebabkan lambung kapal tongkang sobek dan bocor. Tongkang bermuatan 4.529 ton semen curah itu akhirnya tenggelam. Mengetahui tongkang mulai tenggelam, tug boat segera menyeret tongkang semakin ke tepi pantai dengan kedalaman yang dangkal. Posisi kapal tongkang yang badannya tenggelam separo itu kini hanya sekitar 50 meter utara dermaga Pelabuhan Tanjung Wangi atau 30 meter timur Pantai Kapuran, Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro. Untuk mengantisipasi agar kapal yang tampak karam itu terbawa arus, petugas sudah menahannya dengan tali yang diikatkan ke darat. Jumlah ABK tug boat saat itu sekitar 13 orang.

Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. Sedangkan kondisi kapal tanker yang berukuran besar itu tidak mengalami kerusakan dan hanya lecet pada bagian pemecah esnya yang ditabrak. Sampai kemarin, semen curah yang tersimpan didalam tongkang masih berada di dalam tongkang. Sebagian besar memang sudah terendam air laut namun tidak sampai menimbulkan pencemaran hebat di sekitar perairan dekat lokasi kejadian. PT Semen Bosowa memang secara rutin melakukan pengemasan (packing) semen curah dalam kantong semen di dermaga Tanjung Wangi. Kapal tongkang itu baru saja berlayar dari Ujung Pandang sedangkan kapan tanker akan berangkat menuju Ampenan, NTB untuk mengirim BBM.

Administratur Pelabuhan (Adpel) Tanjung Wangi Dwi Poerwijanto menerangkan kronologi kejadiannya saat itu kapal tanker Pertamina sedang lego dan dalam proses akan mengisi BBM dari Depo Pengisian BBM Tanjung Wangi. lalu tug boat yang menarik tongkang bermuatan semen Bosowa itu juga hendak sandar di Tanjung Wangi. "Tiba-tiba tug boat mengambil haluan ke kanan. Diduga karena kuatnya arus, kapal tongkang menabrak bagian pemecah es kapal tanker," jelas Dwi yang baru bisa memberikan keterangan persnya kemarin siang. Sampai kemarin, aparat KPLP dan KPPP masih memeriksa secara intensif kapten atau nahkoda dan ABK kapal tug boat dan tanker. Sedikitnya lima orang sudah dimintai keterangannya antara lain Kapten kapal tanker MT Mundu, Petrus Wattimena, 52; Mualim I MT Mundu Hadi Winoto; nahkoda tug boat Tony; Mualim I tug boat Agus Jumadri dan juru mudi kapal tongkang Martin Tawang, 23. Dwi menjelaskan, pihaknya sudah berkordinasi dengan manajemen PT Semen Bosowa di Tanjung Wangi. Menurut Dwi, manajemen PT Semen Bosowa yang ada di Makasar sudah menyetujui akan menurunkan tim dari Surabaya untuk menangani dan melakukan perbaikan pada tongkang yang nahas itu. "Air yang masuk di lambung akan dikeluarkan dulu dan lambung kapal yang sobek sebesar drum itu akan ditembel," jelasnya. Hingga kemarin masih belum tampak upaya perbaikan dari pihak Bosowa. Manajemen PT Semen Bosowa yang berkantor di kawasan Pelabuhan Tanjung Wangi belum bisa dikonfirmasi terkait kerugian materi akibat kecelakaan ini. namun pihak KPLP dan KPPP memperkirakan kerugian materi mencapai Rp 10 milyar.

Kapolsek KPPP AKP Jodana Gunadi mengatakan kecelakaan itu terjadi Minggu malam sekitar pukul 19.20 WIB. Namun hingga dini hari kemarin, pihak Adpel Tanjung Wangi belum bersedia dimintai keterangannya. "Arus saat Minggu malam itu memang kuat. Diduga tongkang terseret arus atau nahkoda salah memperhitungkan jarak atau space haluan sehingga tongkang yang dibawa menabrak," ungkap Jodana. Saat kejadian, aparat kepolisian tampak sigap melakukan kordinasi. Beberapa perwira tampak memantau di lokasi. Sedangkan pihak KPLP terkesan kekurangan tenaga dan peralatan yang memadai. (ishomuddin)

Jumat, 07 Maret 2008

SERAT ABACA


KERAJINAN TENUN SERAT PELEPAH PISANG ABACA
Dijadikan Tenunan Taplak dan Tirai
Kerajinan tenun biasanya terbuat dari benang. Namun yang satu ini, selain dari benang, bahan tenunan lebih didominasi serat pelepah pisang Abaca. Selain dijadikan taplak meja dan tirai, tenunan ini juga dijadikan tatakan makan dan bantalan kursi.
BANYUWANGI – Unik, langka dan eksotis. Begitulah kira-kira ungkapan yang pantas terlontar setelah melihat kerajinan tenun dari serat pelepah pisang Abaca. Nama pisang Abaca mungkin asing di telinga kita. Tanaman asli kepulauan Phillipines dan Mindanao ini memang memiliki serat yang tipis tapi sangat kuat. Abaca termasuk keluarga pisang-pisangan tetapi tidak menghasilkan buah yang bisa dikonsumsi. Karena tidak mudah putus, serat Abaca banyak dimanfaatkan untuk bahan baku tali tambang, kerajinan dan mebel. Bahkan, serat Abaca menjadi bahan baku campuran mata uang kertas.
Sebuah usaha kerajinan yang terletak di Desa Kemiren Kec Glagah sekitar lima kilometer barat kota Banyuwangi, menekuni tenunan serat Abaca ini. Semua pekerja yang berjumlah sekitar enam orang adalah penenun wanita yang masih muda dan warga sekitar. Karakter wanita yang telaten dinilai cocok menekuni usaha ini. Salah seorang pekerja senior, Yanti Dwi Lestari, menuturkan kerajinan serat Abaca milik majikannya, Setiawan Subekti, itu sudah berdiri sejak delapan tahun yang lalu. Saat itu, jumlah penenun mencapai 12 orang namun kini tinggal separo karena mereka ada yang tidak telaten atau berkeluarga. “Budidaya pohon pisang Abaca ini ada di Desa Bayu Kec Songgon. Kita hanya menerima seratnya dan kita tenun,” ujar wanita yang bekerja sejak usaha tenun serat Abaca itu didirikan.
Serat Abaca yang dikirim biasanya sebanyak 25 kilogram untuk digunakan sebagai bahan baku selama dua minggu. Menurut Yanti, proses pertama pembuatan tenunan adalah memasang benang dan memasukkannya dalam alat tenunan. Setelah itu satu per satu sehelai serat disisipkan dan ditenun hingga menjadi satu produk tenunan. Hasil tenunan biasanya berupa taplak meja, tirai, tatakan makan dan bantalan kursi. Yanti mengaku, dalam sehari seorang pekerja bisa menghasilkan enam buah tatakan makan, tiga taplak dan satu tirai. Harga jual hasil tenunan terbilang murah. “Tatakan makan Rp12.500, taplak meja Rp25 ribu, bantalan kursi Rp50 ribu dan tirai Rp150 ribu,” tutur Yanti. Sejumlah perusahaan atau perseorangan dari berbagai kota sering memesan tenunan serat Abaca seperti dari Jakarta , Surabaya , Bali dan lain-lain. Bahkan wisatawan asing mesti mampir untuk membeli diantaranya dari Amerika , Australia , dan Belanda. Kerajinan tenun serat Abaca juga sudah mengikuti berbagai pameran di kota-kota besar. Sayangnya, upah para pekerja ini sangat rendah. Untuk satu tatakan meja, taplak, bantalan kursi dan tirai, masing-masing diberi upah Rp2.000, Rp4.000, Rp10 ribu, dan Rp15 ribu.
Salah seorang pekerja yang masih gadis, Sumiyati, mengaku baru sebulan bekerja sebagai penenun serat Abaca. Meski penghasilannya tak seberapa, gadis lugu ini mengaku senang karena bisa mencari uang sendiri. “Pekerjaan yang paling sulit saat memasang benang pada alat tenun. Kalau ada benang yang menyisipkannya salah, ya dibongkar lagi,” katanya. Sumiyati bersama penenun yang lain bekerja sejak jam 7 pagi sampai jam 4 sore. Sedangkan siangnya, mereka istirahat. (ishomuddin)